Seni Kriya Nusantara
Disusun Oleh :
1.
Okto Reynaldi Hermawan
2.
Muhammad Aditya Pratama
3.
Muhammad Syauqi Abid Muslim
4.
Muhammad Fikri Azhar
5.
Ivan Aldino Hernadin
6.
Akbar Mu’arif
Kelas : XI – MIA – 3
SMAN NEGERI 5 BANJARMASIN
2014 – 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T, atas
segala kemampuan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelasaikan
Tugas Makalah yang berjudul “ Seni Kriya
Nusantara “ pada mata pelajaran Seni Budaya. Kami dapat
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh
karena itu kami sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun makalah
ini lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga melalui makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Banjarmasin, 29 Agustus 2014
Penulis
DAFTAR ISI
|
Halaman
|
|||
HALAMAN JUDUL
|
|
|
||
KATA PENGANTAR
…………………………………………………………….......
|
i
|
|||
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….....
|
ii
|
|||
|
|
|||
BAB I
|
PENDAHULUAN …………………………………………………….
|
1
|
||
|
1.1
Latar Belakang Masalah……………..……………………………..
|
1
|
||
|
1.2
Identifikasi Masalah ……….…………………………………….....
|
1
|
||
|
1.3
Metode Penulisan Makalah ………………………………………...
|
1
|
||
|
1.4
Tujuan Penulisan Makalah …………………………………………
|
2
|
||
|
|
|
||
BAB II
|
PEMBAHASAN MASALAH ………………………………………...
|
3
|
||
|
2.1
Pengertian Menulis Gagasan Dalam Paragraf Eksposisi …………..
|
3
|
||
|
2.1.1 Paragraf
Eksposisi dengan Pola Pengembangan Proses ……..
|
3
|
||
|
2.1.2 Paragraf
Eksposisi dengan Pola Pengembangan Ilustrasi ……
|
3
|
||
|
2.2.
Cara Membuat Karangan Eksposisi
…………………………….....
|
4
|
||
|
2.3
Tujuan Dari Menulis Gagasan Dalam
Paragraf Eksposisi
………....
|
4
|
||
|
2.4
Bentuk Kerangka Sederhana Karangan Eksposisi dan Penjelasannya
|
5
|
||
|
2.5
Topik-Topik Paragraf Eksposisi ……………………………………
|
6
|
||
|
2.6
Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Memilih Suatu Topik ......
|
6
|
||
|
|
|
||
BAB III
|
PENUTUP …………………………………………………………......
|
7
|
||
|
3.1.
Kesimpulan ……………………………………..............................
|
7
|
||
|
3.2.
Saran …………………………………………………………........
|
7
|
||
DAFTAR PUSTAKA
………………………................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG MASALAH
Karya
Seni Kriya dalam kehidupan umat manusia merupakan salah satu sarana pemenuhan
kebutuhan hidup. Karya seni kriya memiliki kekhasan tersendiri karena seni
kriya merupakan suatu karya cipta manusia yang didasari rasa estetis sesuai apa
yang diinginkan oleh manusia.
Lingkungan
sangat mempengaruhi dalam penciptaan karya seni kriya, yang paling domain
adalah factor dari alam. Pengaruh dari alam sekitar tempat tinggal seniman akan
memberikan dampak yang signifikan terhadap model dan gaya dari karya yang
diciptakan walaupun dengan material yang berad, hal yang diungkapkan oleh Plato
mimesis atau daya representasi dari
keahlian yang muncul sebagai kesempurnaan karya yang mengacu pada apa yang
terdapat di alam sehingga dengan demikian seniman akan mendapatkan rangsangan
dari lingkungannya dalam berkarya, baik dari segi ide maupun bentuk yang
dihasilkan. (Wiryomartono, 2001 : 9)
Kata
Kriya
sendiri berasal dari bahasa sansakerta yakni "Kr" yang artinya
"mengerjakan" yang mana dari kata tersebut kemudian menjadi kata
karya, Kriya, kerja. Dalam arti khusus pengertian seni Kriya adalah mengerjakan
sesuatu untuk menghasilkan benda atau objek (Timbul Haryono, 2012).
Dalam
kamus bahasa Indonesia kata "kriya" berarti pekerjaan "kerajinan
tangan". Sementara dalam bahasa Inggris Kriya berarti "Craft"
yang artinya kekuatan atau energi, yang mengandung arrti lain yakni membuat
sesuatu atau mengerjakan yang dikaitkan dengan keterampilah atau profesi tertentu.
1.2 IDENTIFIKASI
MASALAH
1.
Apa
yang dimaksud dengan Seni Kriya Nusantara?
2.
Apa
saja unsur – unsur penting dalam Seni Kriya?
3.
Apa
saja fungsi Seni Kriya?
4.
Apa
saja jenis Seni Kriya?
5.
Apa
saja contoh Seni Kriya Nusantara?
1.3
METODE PENULISAN MKALAH
Dalam metode
ini, pembahasaan dan penyajian hail peneletian akan disusun dengan materi
berikut :
BAB I :
PENDAHULUAN
Bab
ini meliputi latar beakang , identifikasi masalah, metode penulisan, tujuan
penulisan
BAB II :
PEMBAHASAN MASALAH
Bab ini meliputi pembahasan masalah berbentuk
jawaban.
BAB III
: PENUTUP
Bab ini meliputi kesimpulan dan saran.
1.4
TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Berdasarkan pada
permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui
apa yang dimaksud dengan “Seni Kriya Nusantara”.
2.
Untuk mengetahui
unsur-unsur penting apa saja yang ada dalam seni kriya nusantara.
3.
Untuk mengetahui
fungsi- fungsi seni kriya nusantara.
4.
Umtuk mengetahui
jenis- jenis seni kriya.
5.
Untuk mngetahui
hasil kerajinan dari seni kriya nusantara.
6.
Untuk memenuhi
tugas Seni Budaya.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
2.1
Pengertian Seni Kriya Nusantara
Seni Kriya adalah Bidang keilmuan yang mempelajari
pengetahuan, keterampilan dan kreatifitas berkarya rupa, yang bertolak dari
pendekatan medium, kepekaan estetik, kebutuhan keseharian (utiliatrian) dan
mengandalkan keterampilan manual. Seni kriya juga adalah merupakan salah satu
dari karya senirupa terapan yang proses pembuatannya lebih mengutamakan fungsi
dan kegunaan.
Seni kriya (seni kerajinan tangan, handycraft) dapat
diartikan, suatu bentuk/karya yang dikerjakan secara manual atau dibantu dengan
alat lain sebagai benda yang berguna bagi kepentingan manusia.Hasil karya kriya
diutamakan mengandung nilai keunikan konseptual, tema, imajinatif, emosional
dan inderawi (visual, tactile, olfactory). Kriya juga merupakan metoda berkarya
sekaligus mendesain produk yang mengutamakan nilai kualitas estetika,
fungsional, keunikan, tema, makna dan pesan filosofis.
Penciptaan karya seni kriya tidak hanya didasarkan pada
aspek fungsionalnya (kebutuhan fisik) saja, tetapi juga untuk pemenuhan
kebutuhan terhadap keindahan (kebutuhan emosional). Dalam perkembangannya,
karya seni kriya selalu identik dengan seni kerajinan. Hal ini disebabkan
pembuatan karya seni kriya yang tidak lepas dari pengerjaan tangan (hand made)
dan memiliki aspek fungsional.
2.1.1
Penciptaan Seni Kria
Seni kria yang diciptakan agar dapat memenuhi kepuasan
pencipta dan pemakai atau penikmatnya, harus memperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut:
a.
Faktor
estetis (nilai keindahan yang terkandung dalam karya seni tersebut), nilai ini
dapat dicapai dengan memperhatikan prinsip-prinsip seni rupa dan dengan
keterampilan atau kecakapan tangan;
b.
Faktor
artistik, nilai yang ditimbulkan oleh keindahan fisik/bentuk dan fungsi dari
karya seni tersebut;
c.
Faktor
kegunaan, kegunaan dari karya seni tersebut mempertimbangkan aspek keluwesan,
kemanan, dan kenyamanan dari pemakainya.
d.
Faktor
tempat, ukuran dan bentuknya harus mempertimbangkan tempat meletakkannya.
e.
Faktor
rasa bahan, bahan yang digunakan harus juga mempertimbangkan keindahan bentuk,
fungsi dan tempat. Misalnya bahan dari rotan bentuk apa yang mau dikerjakan,
fungsinya untuk apa, penempatannya di mana, dsb.
f.
Faktor
selera, karya seni kria yang dihasilkan harus memenuhi selera atau permintaan
pemakai.
2.1.2 Perjalanan
Sejarah Seni Kria Nusantara
Periode perkembangannya mengikuti perkembangan seni rupa di
wilayah Nusantara yang terdiri dari:
1. Periode
zaman Prasejarah
Seni kria yang dihasilkan umumnya
untuk kepentingan upacara kepercayaan, perabot rumah tangga, perhiasan dan
peralatan berburu/perang. Teknik pengerjaannya sangat sederhana dan bentuk
hasil karyanya juga sangat sederhana;
2. Periode
zaman Hindu-Budha
Seni kria yang dihasilkan umumnya
untuk kepentingan upacara kagamaan, perabot rumah tangga, perhiasan dan
peralatan berburu/perang. Teknik pengerjaannya sudah mengalami kemajuan dan
bentuk yang dihasilkan lebih banyak dan lebih indah. Karya-karya yang dihasilkan
seperti: bejana, keris, tombak, kendi, guci, perhiasan, wayang, topeng, tenun,
dll.
3. Periode
zaman Islam
Pada zaman ini perubahan yang
terjadi pada motif hiasan yang diterapkan pada benda kria, hal ini disebabkan
karena adanya larangan menggunakan motif hewan dan manusia. Seni kria yang baru
muncul pada zaman ini adalah wayang kulit.
4. Periode
Sekarang
Perkembangan seni kria di zaman sekarang ini sangat pesat,
baik dari segi bentuk, motif/ragam hiasan , bahan, dsb. Hal ini disebabkan
karena kemajuan teknologi dan seni kria di Indonesia sekarang ini sebagai
sumber devisa. Benda kria yang dihasilkan antara lain: kria ukir kayu, anyaman
bambu, kerajinan kuningan, perak, emas, kerajinan kulit, kria keramik, kria
tenun, kria batik, dll.
2.1.3 Perkembangan Seni Kriya di Nusantara
Seni kriya Nusantara di indonesia dapat dikelompokkan
kedalam 3 kelompok fase perkembangan :
1. Seni
Kriya Tradisional Klasik (Hindu-Budha)
·
Kaidah
seni dibakukan dalam pedoman seni oleh empu atau seniman.
·
Mutu
seni, yang bersifat teknik maupun estetik dilandasi oleh pemikiran falsafah
hidup dan pandangan agama Hindu, Budha, Islam.
·
Contoh
karya seni kriya pada masa ini adalah batik, pandai emas dan perak, ukiran
kayu, keris, wayang kulit dan wayang golek, dan kerajinan topeng, wayang dan
keris.
2. Seni
Kriya Tradisional Rakyat (Daerah)
·
Ciri-ciri
dari kebudayaan etnik menghasilkan corak kesenian tradisional sesuai dengan
watak masyarakat, adab kehidupan, dan lingkungan alamnya.
·
Pembuatan
dan jenis seni kriya tradisional ditentukan oleh bahan yang tersedia di
lingkungan tempat tinggal.
·
Karya
seni kriya tradisional rakyat yaitu : anyaman, gerabah, logam, dan topeng
yang masih bertahan.
3. Seni
Kriya Indonesia Baru (Kolonial)
·
Pada
zaman kolonial pendidikan mementingkan nilai-nilai rasional dan kehidupan
jasmaniah.
·
Kesadaran
nilai-nilai luhur terhadap nilai-nilai tradisional seni kriya menjadi lemah,
baik yang klasik maupun kriya rakyat.
·
Beberapa
karya kriya indonesia baru yang dipadukan dengan seni tradisi dan bahan
industri.
Ciri-ciri karya Indonesia baru :
·
Kehilangan
nilai tradisi dan nilai klasik.
·
Komersialisasi
yang melanda para kriyawan. keahlian para seniman klasik tidak diwariskan.
·
Saingan
dari benda pakai hasil produksi industry karya seni kriya 3 dimensi.
2.2 Unsur
Seni Kriya
Dalam mendesain
Seni Kriya, seorang seniman kriya harus memperhatikan setidaknya 3 hal, di mana
ketiga hal tersebut merupakan unsur penting dalam penciptaan seni kriya, yaitu
:
1.
Bentuk
Yang dimaksud
dengan bentuk dalam seni kriya adalah wujud fisik dari suatu karya. Bentuk
selalu bergantung pada sentuhan keindahan (estetika) karena itu dalam
penciptaannya. Seorang seniman harus menguasai unsur-unsur seni rupa seperti
garis, bentuk, warna, komposisi dan lain-lain. Alam merupakan sumber inspirasi
bagi seorang seniman kriya.
2.
Fungsi
Dalam seni
kriya terapan, seorang seniman kriya harus mampu menghubungkan bentuk dengan
fungsi, sehingga karya yang dihasilkan dapat memenuhi fungsi, sementara bentuknya
tetap indah. Dalam menciptakan benda kriya fungsional (terapan), pencipta harus
benar-benar memperhatikan nilai ergonomic.
3.
Material (media)
Pemilihan
bahan/ material dalam pembuatan seni kriya sangat penting, karena material akan
mendukung nilai bentuk, Kenyamanan terutama dalam menggunakan benda terapan dan
juga akan mempengaruhi kualitas dari barang tersebut.
2.3
Fungsi Seni Kriya
Sebagaimana kami sampaikan diatas bahwa seni kriya adalah
merupakan salah satu dari karya senirupa terapan dimana proses pembuatannya
memiliki tujuan dan fungsi tertentu. Fungsi seni kriya secara garis besar
terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai berikut.
1.
Seni
Kriya sebagai Hiasan (dekorasi)
Banyak produk seni kriya yang
berfungsi sebagai benda pajangan. Seni kriya jenis ini lebih menonjolkan segi
rupa daripada segi fungsinya sehingga bentuk bentuknya mengalami pengembangan.
Misalnya, karya seni ukir, hiasan dinding, cinderamata, patung, dan lain-lain.
2.
Seni
Kriya sebagai Benda terapan (siap pakai)
Seni kriya yang sebenarnya adalah
seni kriya yang tetap mengutamakan fungsinya. Seni kriya jenis ini mempunyai
fungsi sebagai benda yang siap pakai,bersifat nyaman, namun tidak kehilangan
unsur keindahannya. Misalnya, senjata, keramik, furnitur, dan lain-lain.
3.
Seni
Kriya sebagai Benda mainan
Di lingkungan sekitar sering kita
jumpai produk seni kriya yang fungsinya sebagai alat permainan. Jenis produk
seni kriya seperti ini biasanya berbentuk sederhana, bahan yang digunakan
relatif mudah didapat dan dikerjakan, dan harganya juga relatif murah.
Misalnya, boneka, dakon, dan kipas kertas.
2.4 Jenis
Seni Kriya
Jenis-jenis seni kriya banyak sekali dan sangat mudah
ditemukan di berbagai daerah. Berdasarkan dimensinya, jenis-jenis seni kriya
dapat dibedakan sebagai berikut.
1.
Seni kriya dua dimensi
Karya seni kriya dua dimensi
meliputi sulaman, bordir, mozaik, kolase, batik, tenun, relief, dan hiasan
dinding.
2.
Seni kriya tiga dimensi
Karya seni kriya tiga dimensi
meliputi sebagai berikut.
Kriya
Keramik, Kerajinan
keramik menggunakan bahan dasar tanah liat. Produk yang dihasilkan, misalnya
vas bunga, guci, teko, kendi, dan peralatan rumah tangga.
Kriya Logam, Kerajinan logam menggunakan bahan
jenis logam, seperti emas, perak, perunggu, besi, tembaga, aluminium, dan
kuningan. Produk yang dihasilkan, misalnya perhiasan emas dan perak, patung
perunggu, senjata tajam, peralatan rumah tangga, dan alat musik gamelan.
Sekarang kerajinan logam dibuat dengan berbagai variasi bentuk.
Kriya
Kulit, Kulit
banyak digunakan untuk membuat berbagai benda kerajinan, seperti wayang kulit,
tas, sepatu, jaket, dan alat musik rebana.
Kriya
Kayu, Kayu banyak menghasilkan berbagai
benda kerajinan, seperti topeng, wayang golek, furnitur, patung, dan hiasan
ukir-ukiran.
Kriya
Anyaman, Kerajinan
anyaman biasanya menggunakan bahan dasar, seperti bambu, daun mendong, dan tali
plastik untuk membuat tempayan, topi, tutup nasi, tikar, dan gantungan pot
tanaman.
1.5
Contoh
Seni Kriya Nusantara
1.5.1
Ukiran
Kayu
Mengukir
kayu adalah hobi yang sudah ada selama beberapa dekade lalu. Beberapa orang
melakukan itu hanya untuk kesenangan dan mengisi waktu luang mereka. Ada banyak
cara untuk mengukir kayu, dari memahat untuk membuat kerajinan kayu. Teknik-teknik yang digunakan untuk
mengukir kayu dari berbagai pemotongan untuk memahat.
Berikut adalah beberapa teknik termudah dan paling efektif
untuk membantu Anda membuat ukiran kayu.
1.
Carving
Adalah seni chipping dan memotong
pada bagian datar dari kayu untuk membuat ukiran agar tampaknya menjadi tiga
dimensi. Teknik ini biasanya dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti
pahat dan palu, pisau ukir meskipun sering digunakan untuk memperjelas detail.
Dalam ukiran relief, pengrajin pahat kayu membuat gambar terlebih dahulu kemudia mulai mengukir kayu
hingga tampak bagian yang timbul seperti relief.
2.
Chip Carving
Teknik ukiran Chip biasanya
digunakan pada potongan-potongan yang lebih besar dari pekerjaan seperti
tunggul pohon atau kayu, dan menggunakan kapak dan pahat yang lebih besar.
Teknik ini untuk membuat karya yang besar seperti patung, dan ini melibatkan
proses yang rumit.
3.
Pembakaran
kayu
Pembakaran kayu adalah teknik terutama digunakan untuk menambah desain untuk
finishing kayu, tetapi beberapa pemahat benar-benar menggunakan metode
pembakaran untuk mengukir kayu kecil. Kayu yang dibakar akan menghitam di
sekitar ukiran akhir dan memperjelas kesan sehingga tapak lebih hidup.
4.
Mengerik
Mengerik adalah salah satu cara
tertua dan paling sederhana dalam teknik memahat kayu. Teknik ini melibatkan
tidak lebih dari sepotong kayu dan pisau ukir. Berlatih seni ini ternyata cukup
rumit walaupun tampaknya sangat mudah, bagi pemula untuk membuat ukiran dari
teknik ini dapat menghabiskan waktu setengah jam. Dalam banyak kasus, pemahat
kayu yang sudah terampil dapat menggunakan pisau dengan ukuran terkecil untuk
memperjelas detail dari ukirannya.
1.5.2 Gerabah
Teknik pembuatan gerabah, yaitu :
1.
Teknik Lempeng, Teknik lempeng atau slabing
merupakan teknik yang digunakan untuk membuat benda gerabah berbentuk kubistis
atau kubus dengan permukaan yang rata. Teknik ini diawali dengan pembuatan
lempengan tanah liat dengan menggunakan rol kayu penggilas. Setelah menjadi
lempengan dengan ketebalan yang sama, kamu dapat memotong dengan pisau atau
kawat sesuai dengan ukuran yang akan diinginkan. Selanjutnya, kamu dapat
membuat menjadi bentuk kubus atau persegi. Kemudian tahap akhir diberi hiasan
dengan cara ditoreh pada saat tanah setengah kering.
2.
Teknik Pijat, Teknik pijat atau pinching
merupakan teknik membuat keramik dengan cara memijat tanah liat langsung
menggunakan tangan. Tujuan dari penggunaan teknik ini adalah agar tanah liat
lebih padat dan tidakmudah mengelupas sehingga hasilnya akan menjadi tahan
lama. Proses pijat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Ambil segumpal tanah liat plastis.
b. Tanah liat tersebut diulet – ulet
dan dipijit – pijit dengan ibu jari sambil dibentuk sesuai dengan bentuk benda
yang diinginkan.
c. Haluskan menggunakan kuas atau pun
kain halus.
3.
Teknik Pilin, Teknik pilin adalah cara membentuk
tanah liat dengan bentuk dasar tanah liat yang dipilin atau dibentuk seperti
tali. Cara melakukan teknik ini adalah segumpal tanah liat dibentuk pilinan
dengan kedua belah telapak tangan. Ukuran tiap pilinan disesuaikan dengan
kebutuhan. Kemudian, pilinan tanah liat disusun secara melingkar sehingga
menjadi bentuk yang diinginkan. Jangan lupa setiap susunan ditekan dan tambahkan
air supaya menempel.
4.
Teknik Putar, Untuk membuat gerabah dengan
teknik putar atau throwing, kamu memerlukan alat bantu berupa subang pelarik
atau alat putar elektrik. Cara melakukan teknik ini adalah dengan mengambil
segumpal tanah liat yang plastis dan lumat. Setelah itu, taruhlah tanah liat di
atas meja putar tepat dib again tengah – tengahnya. Lalu, tekan tanah liat
dengan kedua belah tangan sambil diputar. Bentuk tanah liat sesuai yang
diinginkan. Teknik putar pada umumnya menghasilkan benda dengan bentuk bulat
atau pun silindris (silinder).
5.
Teknik Cetak Tekan, Teknik cetak tekan dilakukan
dengan menekan tanah liat yang bentuknya disesuaikan dengan cetakan. Teknik ini
dilakukan untuk mendapatkan hasil dengan waktu yang singkat atau cepat.
6.
Teknik Cora tau Tuang, Teknik cor atau tuang digunakan
untuk membuat gerabah dengan menggunakan acuan alat cetak. Tanah liat yang
digunakan untuk teknik ini adalah tanah liat cair. Cetakan ini biasanya terbuat
dari bahan gips. Bahan gips digunakan karena gips dapat menyerap air lebih cepat
sehingga tanah liat menjadi cepat kering.
1.5.3
Anyaman
Teknik membuat anyaman, yaitu:
1. Anyaman tunggal. Teknik anyaman
tunggal adalah teknik di mana bambu dianyam satu-satu (secara tunggal). Teknik
ini digunakan untuk membuat benda-benda seperti saringan, tampan, cerangka, dan
lain-lain.
2. Anyaman bilik. Teknik anyaman bilik
adalah teknik di mana bambu dianyam secara silang berurutan (dua-dua). Teknik
ini digunakan untuk membuat benda-benda seperti bilik, nyiru, dan lain-lain.
3. Anyaman teratai. Teknik anyaman
teratai membuat kerajinan anyam yang dibuat memiliki bentuk akhir yang artistik
dan indah. Biasanya teknik unik ini digunakan dalam membuat bilik, agar bilik
terlihat lebih indah dan menarik.
4. Anyaman bunga cengkih. Teknik
anyaman seperti ini dapat dijumpai pada benda-benda seperti kipas, kecempeh
atau tolok, sangku, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Kriya
adalah kegiatan seni yang menitik-beratkan kepada keterampilan tangan dan
fungsi untuk mengolah bahan baku yang sering ditemukan di lingkungan menjadi
benda-benda yang tidak hanya bernilai pakai, tetapi juga bernilai estetis.
Kriya bisa
"meminjam" banyak pengetahuan dalam seni rupa murni seperti
cara mematung atau mengukir untuk menghasilkan produk, namun tetap dengan tidak
terlalu berkonsentrasi kepada kepuasan emosi seperti lazim terjadi misalnya
pada karya lukis dan patung. Kriya juga lebih sering mengikuti tradisi daripada
penemuan yang sering ditemukan secara individu oleh seorang perupa. Kriya bisa berbentuk karya dari
tanah, batu, kain, logam ataupun kayu.
3.2
SARAN
Adapun saran
yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya berkaitan dengan keterbatasan
pada penelitian ini yaitu bahwa seharusnya pemerintah lebih memperhatikan
orang- orang yang berkreativitas tinggi untuk memperlihatkan bahwa barang-
barang Indonesia juga mampu bersaing di dunia Internasional.
|
8
|