Jumat, 27 Januari 2017

Seni Kriya Nusantara

Seni Kriya Nusantara
Description: C:\Users\ACER\Documents\File Okto\Foto- foto\Logo SMAN 5.jpeg
Disusun Oleh :

1.     Okto Reynaldi Hermawan
2.     Muhammad Aditya Pratama
3.     Muhammad Syauqi Abid Muslim
4.     Muhammad Fikri Azhar
5.     Ivan Aldino Hernadin
6.     Akbar Mu’arif

Kelas : XI – MIA – 3




SMAN NEGERI 5 BANJARMASIN
2014 – 2015



KATA PENGANTAR


Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T, atas segala kemampuan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelasaikan Tugas Makalah yang berjudul “ Seni Kriya Nusantara “ pada mata pelajaran Seni Budaya. Kami dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu kami sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun makalah ini lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.






Banjarmasin, 29 Agustus 2014






      Penulis












DAFTAR ISI




Halaman
HALAMAN JUDUL


KATA PENGANTAR …………………………………………………………….......
i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….....
ii


BAB I
PENDAHULUAN …………………………………………………….
1

1.1 Latar Belakang Masalah……………..……………………………..
1

1.2 Identifikasi Masalah ……….…………………………………….....
1

1.3 Metode Penulisan Makalah ………………………………………...
1

1.4 Tujuan Penulisan Makalah …………………………………………
2



BAB II
PEMBAHASAN MASALAH ………………………………………...
3

2.1 Pengertian Menulis Gagasan Dalam Paragraf Eksposisi …………..
3

2.1.1 Paragraf Eksposisi dengan Pola Pengembangan Proses ……..
3

2.1.2 Paragraf Eksposisi dengan Pola Pengembangan Ilustrasi ……
3

2.2. Cara Membuat Karangan Eksposisi …………………………….....
4

2.3 Tujuan Dari Menulis Gagasan Dalam Paragraf Eksposisi ………....
4

2.4 Bentuk Kerangka Sederhana Karangan Eksposisi dan Penjelasannya
5

2.5 Topik-Topik Paragraf Eksposisi ……………………………………
6

2.6 Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Memilih Suatu Topik ......
6



BAB III
PENUTUP …………………………………………………………......
7

3.1. Kesimpulan ……………………………………..............................
7

3.2. Saran …………………………………………………………........
7

DAFTAR PUSTAKA ………………………................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG MASALAH
Karya Seni Kriya dalam kehidupan umat manusia merupakan salah satu sarana pemenuhan kebutuhan hidup. Karya seni kriya memiliki kekhasan tersendiri karena seni kriya merupakan suatu karya cipta manusia yang didasari rasa estetis sesuai apa yang diinginkan oleh manusia.
Lingkungan sangat mempengaruhi dalam penciptaan karya seni kriya, yang paling domain adalah factor dari alam. Pengaruh dari alam sekitar tempat tinggal seniman akan memberikan dampak yang signifikan terhadap model dan gaya dari karya yang diciptakan walaupun dengan material yang berad, hal yang diungkapkan oleh Plato mimesis atau daya representasi dari keahlian yang muncul sebagai kesempurnaan karya yang mengacu pada apa yang terdapat di alam sehingga dengan demikian seniman akan mendapatkan rangsangan dari lingkungannya dalam berkarya, baik dari segi ide maupun bentuk yang dihasilkan. (Wiryomartono, 2001 : 9)
Kata Kriya sendiri berasal dari bahasa sansakerta yakni "Kr" yang artinya "mengerjakan" yang mana dari kata tersebut kemudian menjadi kata karya, Kriya, kerja. Dalam arti khusus pengertian seni Kriya adalah mengerjakan sesuatu untuk menghasilkan benda atau objek (Timbul Haryono, 2012).
Dalam kamus bahasa Indonesia kata "kriya" berarti pekerjaan "kerajinan tangan". Sementara dalam bahasa Inggris Kriya berarti "Craft" yang artinya kekuatan atau energi, yang mengandung arrti lain yakni membuat sesuatu atau mengerjakan yang dikaitkan dengan keterampilah atau profesi tertentu.











1.2  IDENTIFIKASI MASALAH

1.      Apa yang dimaksud dengan Seni Kriya Nusantara?
2.      Apa saja unsur – unsur penting dalam Seni Kriya?
3.      Apa saja fungsi Seni Kriya?
4.      Apa saja jenis Seni Kriya?
5.      Apa saja contoh Seni Kriya Nusantara?

1.3  METODE PENULISAN MKALAH
Dalam metode ini, pembahasaan dan penyajian hail peneletian akan disusun dengan materi berikut :
BAB I             : PENDAHULUAN
Bab ini meliputi latar beakang , identifikasi masalah, metode penulisan, tujuan penulisan
BAB II                        : PEMBAHASAN MASALAH
                          Bab ini meliputi pembahasan masalah berbentuk jawaban.
BAB III          : PENUTUP
                           Bab ini meliputi kesimpulan dan saran.

1.4  TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Berdasarkan pada permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan “Seni Kriya Nusantara”.
2.      Untuk mengetahui unsur-unsur penting apa saja yang ada dalam seni kriya nusantara.
3.      Untuk mengetahui fungsi- fungsi seni kriya nusantara.
4.      Umtuk mengetahui jenis- jenis seni kriya.
5.      Untuk mngetahui hasil kerajinan dari seni kriya nusantara.
6.      Untuk memenuhi tugas Seni Budaya.


BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
2.1 Pengertian Seni Kriya Nusantara
Seni Kriya adalah Bidang keilmuan yang mempelajari pengetahuan, keterampilan dan kreatifitas berkarya rupa, yang bertolak dari pendekatan medium, kepekaan estetik, kebutuhan keseharian (utiliatrian) dan mengandalkan keterampilan manual. Seni kriya juga adalah merupakan salah satu dari karya senirupa terapan yang proses pembuatannya lebih mengutamakan fungsi dan kegunaan.
Seni kriya (seni kerajinan tangan, handycraft) dapat diartikan, suatu bentuk/karya yang dikerjakan secara manual atau dibantu dengan alat lain sebagai benda yang berguna bagi kepentingan manusia.Hasil karya kriya diutamakan mengandung nilai keunikan konseptual, tema, imajinatif, emosional dan inderawi (visual, tactile, olfactory). Kriya juga merupakan metoda berkarya sekaligus mendesain produk yang mengutamakan nilai kualitas estetika, fungsional, keunikan, tema, makna dan pesan filosofis.
Penciptaan karya seni kriya tidak hanya didasarkan pada aspek fungsionalnya (kebutuhan fisik) saja, tetapi juga untuk pemenuhan kebutuhan terhadap keindahan (kebutuhan emosional). Dalam perkembangannya, karya seni kriya selalu identik dengan seni kerajinan. Hal ini disebabkan pembuatan karya seni kriya yang tidak lepas dari pengerjaan tangan (hand made) dan memiliki aspek fungsional.


2.1.1 Penciptaan Seni Kria
Seni kria yang diciptakan agar dapat memenuhi kepuasan pencipta dan pemakai atau penikmatnya, harus memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
a.          Faktor estetis (nilai keindahan yang terkandung dalam karya seni tersebut), nilai ini dapat dicapai dengan memperhatikan prinsip-prinsip seni rupa dan dengan keterampilan atau kecakapan tangan;
b.         Faktor artistik, nilai yang ditimbulkan oleh keindahan fisik/bentuk dan fungsi dari karya seni tersebut;
c.          Faktor kegunaan, kegunaan dari karya seni tersebut mempertimbangkan aspek keluwesan, kemanan, dan kenyamanan dari pemakainya.
d.         Faktor tempat, ukuran dan bentuknya harus mempertimbangkan tempat meletakkannya.
e.          Faktor rasa bahan, bahan yang digunakan harus juga mempertimbangkan keindahan bentuk, fungsi dan tempat. Misalnya bahan dari rotan bentuk apa yang mau dikerjakan, fungsinya untuk apa, penempatannya di mana, dsb.
f.          Faktor selera, karya seni kria yang dihasilkan harus memenuhi selera atau permintaan pemakai.

2.1.2      Perjalanan Sejarah Seni Kria Nusantara
Periode perkembangannya mengikuti perkembangan seni rupa di wilayah Nusantara yang terdiri dari:
1.      Periode zaman Prasejarah
Seni kria yang dihasilkan umumnya untuk kepentingan upacara kepercayaan, perabot rumah tangga, perhiasan dan peralatan berburu/perang. Teknik pengerjaannya sangat sederhana dan bentuk hasil karyanya juga sangat sederhana;
2.      Periode zaman Hindu-Budha
Seni kria yang dihasilkan umumnya untuk kepentingan upacara kagamaan, perabot rumah tangga, perhiasan dan peralatan berburu/perang. Teknik pengerjaannya sudah mengalami kemajuan dan bentuk yang dihasilkan lebih banyak dan lebih indah. Karya-karya yang dihasilkan seperti: bejana, keris, tombak, kendi, guci, perhiasan, wayang, topeng, tenun, dll.

3.      Periode zaman Islam
Pada zaman ini perubahan yang terjadi pada motif hiasan yang diterapkan pada benda kria, hal ini disebabkan karena adanya larangan menggunakan motif hewan dan manusia. Seni kria yang baru muncul pada zaman ini adalah wayang kulit.
4.      Periode Sekarang
Perkembangan seni kria di zaman sekarang ini sangat pesat, baik dari segi bentuk, motif/ragam hiasan , bahan, dsb. Hal ini disebabkan karena kemajuan teknologi dan seni kria di Indonesia sekarang ini sebagai sumber devisa. Benda kria yang dihasilkan antara lain: kria ukir kayu, anyaman bambu, kerajinan kuningan, perak, emas, kerajinan kulit, kria keramik, kria tenun, kria batik, dll.
2.1.3 Perkembangan Seni Kriya di Nusantara
Seni kriya Nusantara di indonesia dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok fase perkembangan :
1.      Seni Kriya Tradisional Klasik (Hindu-Budha)
·         Kaidah seni dibakukan dalam pedoman seni oleh empu atau seniman.
·         Mutu seni, yang bersifat teknik maupun estetik dilandasi oleh pemikiran falsafah hidup dan pandangan agama Hindu, Budha, Islam.
·         Contoh karya seni kriya pada masa ini adalah batik, pandai emas dan perak, ukiran kayu, keris, wayang kulit dan wayang golek, dan kerajinan topeng, wayang dan keris.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEho9WGqDl4khrKiZrUoN3Ma4dhzoeRTT52wO4KVuGEGlFP8EShomLU_TGxm0f6Z_KprMxNLVy8JmMuSazeJYkkKlfqXJmxsS7fYkIVhrSEvga78NrukYXf3BD4fKYieRTkDd6OplAhtxXcZ/s400/Seni+Kriya+Tradisional+Klasik.jpg


2.      Seni Kriya Tradisional Rakyat (Daerah)
·         Ciri-ciri dari kebudayaan etnik menghasilkan corak kesenian tradisional sesuai dengan watak masyarakat, adab kehidupan, dan lingkungan alamnya.
·         Pembuatan dan jenis seni kriya tradisional ditentukan oleh bahan yang tersedia di lingkungan tempat tinggal.
·         Karya seni kriya tradisional rakyat yaitu : anyaman, gerabah, logam, dan topeng yang masih bertahan.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkjkUtwmwpfEiAP5FPYGbxKD5BI0_M6lMt_EdqzS3TrnmfpCy4ihp8_bDB15En9PqS6UDH7HZBBQ4cBx6A1fBuuLxlQStD7lfstHgycxFVOMn7cUxbMx1VLaj1ufIR4OhCthX3UzchtCNP/s320/Seni+Kriya+Tradisional+Rakyat.jpg

3.      Seni Kriya Indonesia Baru (Kolonial)
·         Pada zaman kolonial pendidikan mementingkan nilai-nilai rasional dan kehidupan jasmaniah.
·         Kesadaran nilai-nilai luhur terhadap nilai-nilai tradisional seni kriya menjadi lemah, baik yang klasik maupun kriya rakyat.
·         Beberapa karya kriya indonesia baru yang dipadukan dengan seni tradisi dan bahan industri.
Ciri-ciri karya Indonesia baru :
·         Kehilangan nilai tradisi dan nilai klasik.
·         Komersialisasi yang melanda para kriyawan. keahlian para seniman klasik tidak diwariskan.
·         Saingan dari benda pakai hasil produksi industry karya seni kriya 3 dimensi.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUERiGY6vanQmnMuAvAPmB6BKSz4Uu5DaDXwrZRg85pQzi-5aM5j1iFw9hhT2AdZjwTxYRHoTYHiK43hwVV0TMeAjecRePcU3POBEiPntDPoFh_vJEjx2rh1Yx_bg91jeA-CKYc4bb7udq/s320/Seni+Kriya+Indonesia+Baru.jpg
2.2 Unsur Seni Kriya
          Dalam mendesain Seni Kriya, seorang seniman kriya harus memperhatikan setidaknya 3 hal, di mana ketiga hal tersebut merupakan unsur penting dalam penciptaan seni kriya, yaitu :
1.        Bentuk
Yang dimaksud dengan bentuk dalam seni kriya adalah wujud fisik dari suatu karya. Bentuk selalu bergantung pada sentuhan keindahan (estetika) karena itu dalam penciptaannya. Seorang seniman harus menguasai unsur-unsur seni rupa seperti garis, bentuk, warna, komposisi dan lain-lain. Alam merupakan sumber inspirasi bagi seorang seniman kriya.
2.        Fungsi
Dalam seni kriya terapan, seorang seniman kriya harus mampu menghubungkan bentuk dengan fungsi, sehingga karya yang dihasilkan dapat memenuhi fungsi, sementara bentuknya tetap indah. Dalam menciptakan benda kriya fungsional (terapan), pencipta harus benar-benar memperhatikan nilai ergonomic.
3.        Material (media)
Pemilihan bahan/ material dalam pembuatan seni kriya sangat penting, karena material akan mendukung nilai bentuk, Kenyamanan terutama dalam menggunakan benda terapan dan juga akan mempengaruhi kualitas dari barang tersebut.
2.3 Fungsi Seni Kriya
Sebagaimana kami sampaikan diatas bahwa seni kriya adalah merupakan salah satu dari karya senirupa terapan dimana proses pembuatannya memiliki tujuan dan fungsi tertentu. Fungsi seni kriya secara garis besar terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai berikut.
1.      Seni Kriya sebagai Hiasan (dekorasi)
Banyak produk seni kriya yang berfungsi sebagai benda pajangan. Seni kriya jenis ini lebih menonjolkan segi rupa daripada segi fungsinya sehingga bentuk bentuknya mengalami pengembangan. Misalnya, karya seni ukir, hiasan dinding, cinderamata, patung, dan lain-lain.
2.      Seni Kriya sebagai Benda terapan (siap pakai)
Seni kriya yang sebenarnya adalah seni kriya yang tetap mengutamakan fungsinya. Seni kriya jenis ini mempunyai fungsi sebagai benda yang siap pakai,bersifat nyaman, namun tidak kehilangan unsur keindahannya. Misalnya, senjata, keramik, furnitur, dan lain-lain.
3.      Seni Kriya sebagai Benda mainan
Di lingkungan sekitar sering kita jumpai produk seni kriya yang fungsinya sebagai alat permainan. Jenis produk seni kriya seperti ini biasanya berbentuk sederhana, bahan yang digunakan relatif mudah didapat dan dikerjakan, dan harganya juga relatif murah. Misalnya, boneka, dakon, dan kipas kertas.


2.4 Jenis Seni Kriya
Jenis-jenis seni kriya banyak sekali dan sangat mudah ditemukan di berbagai daerah. Berdasarkan dimensinya, jenis-jenis seni kriya dapat dibedakan sebagai berikut.
1.      Seni kriya dua dimensi
Karya seni kriya dua dimensi meliputi sulaman, bordir, mozaik, kolase, batik, tenun, relief, dan hiasan dinding.
2.      Seni kriya tiga dimensi
Karya seni kriya tiga dimensi meliputi sebagai berikut.
Kriya Keramik, Kerajinan keramik menggunakan bahan dasar tanah liat. Produk yang dihasilkan, misalnya vas bunga, guci, teko, kendi, dan peralatan rumah tangga.
Description: http://3.bp.blogspot.com/-WA5fGJPcVvA/UZCq3CXvAOI/AAAAAAAAK08/rSwvVsXb0IQ/s1600/Kriya_Keramik.jpg
Kriya Logam, Kerajinan logam menggunakan bahan jenis logam, seperti emas, perak, perunggu, besi, tembaga, aluminium, dan kuningan. Produk yang dihasilkan, misalnya perhiasan emas dan perak, patung perunggu, senjata tajam, peralatan rumah tangga, dan alat musik gamelan. Sekarang kerajinan logam dibuat dengan berbagai variasi bentuk.

Description: http://4.bp.blogspot.com/-qJFm_QXcIrQ/UZCrjP-6fCI/AAAAAAAAK1E/sVz1zOkJcfo/s1600/contoh+kriya+logam_kujang.jpg

Kriya Kulit, Kulit banyak digunakan untuk membuat berbagai benda kerajinan, seperti wayang kulit, tas, sepatu, jaket, dan alat musik rebana.
Description: http://2.bp.blogspot.com/-ekZUXcnnluE/UZCsDEVGmMI/AAAAAAAAK1M/CEWbgbR_UO4/s1600/WAYANG_KULIT.jpg





Kriya Kayu, Kayu banyak menghasilkan berbagai benda kerajinan, seperti topeng, wayang golek, furnitur, patung, dan hiasan ukir-ukiran.
           Description: http://2.bp.blogspot.com/-C6sXstFB1pk/UZCsTRsRsVI/AAAAAAAAK1U/h2f_Xsea354/s1600/Topeng.jpg
Kriya Anyaman, Kerajinan anyaman biasanya menggunakan bahan dasar, seperti bambu, daun mendong, dan tali plastik untuk membuat tempayan, topi, tutup nasi, tikar, dan gantungan pot tanaman.
                  Description: http://2.bp.blogspot.com/-72UfFsVDEEA/UZCsao1sCrI/AAAAAAAAK1c/E-sPRaifvfw/s1600/anyaman-khazanah-budaya.jpg



1.5            Contoh Seni Kriya Nusantara
1.5.1    Ukiran Kayu
Description: http://media.tumblr.com/cc04b2ebd70658724540d9de11ad5d8a/tumblr_inline_mixermIvfS1qz4rgp.jpg
Mengukir kayu adalah hobi yang sudah ada selama beberapa dekade lalu. Beberapa orang melakukan itu hanya untuk kesenangan dan mengisi waktu luang mereka. Ada banyak cara untuk mengukir kayu, dari memahat untuk membuat kerajinan kayu. Teknik-teknik yang digunakan untuk mengukir kayu dari berbagai pemotongan untuk memahat.
Berikut adalah beberapa teknik termudah dan paling efektif untuk membantu Anda membuat ukiran kayu.
1.      Carving
Adalah seni chipping dan memotong pada bagian datar dari kayu untuk membuat ukiran agar tampaknya menjadi tiga dimensi. Teknik ini biasanya dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti pahat dan palu, pisau ukir meskipun sering digunakan untuk memperjelas detail. Dalam ukiran relief, pengrajin pahat kayu membuat gambar terlebih dahulu kemudia mulai mengukir kayu hingga tampak bagian yang timbul seperti relief.

2.      Chip Carving
Teknik ukiran Chip biasanya digunakan pada potongan-potongan yang lebih besar dari pekerjaan seperti tunggul pohon atau kayu, dan menggunakan kapak dan pahat yang lebih besar. Teknik ini untuk membuat karya yang besar seperti patung, dan ini melibatkan proses yang rumit.
3.      Pembakaran kayu
Pembakaran kayu adalah teknik terutama digunakan untuk menambah desain untuk finishing kayu, tetapi beberapa pemahat benar-benar menggunakan metode pembakaran untuk mengukir kayu kecil. Kayu yang dibakar akan menghitam di sekitar ukiran akhir dan memperjelas kesan sehingga tapak lebih hidup.
4.      Mengerik
Mengerik adalah salah satu cara tertua dan paling sederhana dalam teknik memahat kayu. Teknik ini melibatkan tidak lebih dari sepotong kayu dan pisau ukir. Berlatih seni ini ternyata cukup rumit walaupun tampaknya sangat mudah, bagi pemula untuk membuat ukiran dari teknik ini dapat menghabiskan waktu setengah jam. Dalam banyak kasus, pemahat kayu yang sudah terampil dapat menggunakan pisau dengan ukuran terkecil untuk memperjelas detail dari ukirannya.

1.5.2    Gerabah

Description: C:\Users\ACER\Documents\File Okto\naxhbxnj.jpg



Teknik pembuatan gerabah, yaitu :
1.      Teknik Lempeng, Teknik lempeng atau slabing merupakan teknik yang digunakan untuk membuat benda gerabah berbentuk kubistis atau kubus dengan permukaan yang rata. Teknik ini diawali dengan pembuatan lempengan tanah liat dengan menggunakan rol kayu penggilas. Setelah menjadi lempengan dengan ketebalan yang sama, kamu dapat memotong dengan pisau atau kawat sesuai dengan ukuran yang akan diinginkan. Selanjutnya, kamu dapat membuat menjadi bentuk kubus atau persegi. Kemudian tahap akhir diberi hiasan dengan cara ditoreh pada saat tanah setengah kering.
2.      Teknik Pijat, Teknik pijat atau pinching merupakan teknik membuat keramik dengan cara memijat tanah liat langsung menggunakan tangan. Tujuan dari penggunaan teknik ini adalah agar tanah liat lebih padat dan tidakmudah mengelupas sehingga hasilnya akan menjadi tahan lama. Proses pijat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.       Ambil segumpal tanah liat plastis.
b.      Tanah liat tersebut diulet – ulet dan dipijit – pijit dengan ibu jari sambil dibentuk sesuai dengan bentuk benda yang diinginkan.
c.       Haluskan menggunakan kuas atau pun kain halus.
3.      Teknik Pilin, Teknik pilin adalah cara membentuk tanah liat dengan bentuk dasar tanah liat yang dipilin atau dibentuk seperti tali. Cara melakukan teknik ini adalah segumpal tanah liat dibentuk pilinan dengan kedua belah telapak tangan. Ukuran tiap pilinan disesuaikan dengan kebutuhan. Kemudian, pilinan tanah liat disusun secara melingkar sehingga menjadi bentuk yang diinginkan. Jangan lupa setiap susunan ditekan dan tambahkan air supaya menempel.
4.      Teknik Putar, Untuk membuat gerabah dengan teknik putar atau throwing, kamu memerlukan alat bantu berupa subang pelarik atau alat putar elektrik. Cara melakukan teknik ini adalah dengan mengambil segumpal tanah liat yang plastis dan lumat. Setelah itu, taruhlah tanah liat di atas meja putar tepat dib again tengah – tengahnya. Lalu, tekan tanah liat dengan kedua belah tangan sambil diputar. Bentuk tanah liat sesuai yang diinginkan. Teknik putar pada umumnya menghasilkan benda dengan bentuk bulat atau pun silindris (silinder).

5.      Teknik Cetak Tekan, Teknik cetak tekan dilakukan dengan menekan tanah liat yang bentuknya disesuaikan dengan cetakan. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan hasil dengan waktu yang singkat atau cepat.
6.      Teknik Cora tau Tuang, Teknik cor atau tuang digunakan untuk membuat gerabah dengan menggunakan acuan alat cetak. Tanah liat yang digunakan untuk teknik ini adalah tanah liat cair. Cetakan ini biasanya terbuat dari bahan gips. Bahan gips digunakan karena gips dapat menyerap air lebih cepat sehingga tanah liat menjadi cepat kering.

1.5.3    Anyaman

Description: C:\Users\ACER\Documents\File Okto\hxiaubh.jpg

Teknik membuat anyaman, yaitu:
1.      Anyaman tunggal. Teknik anyaman tunggal adalah teknik di mana bambu dianyam satu-satu (secara tunggal). Teknik ini digunakan untuk membuat benda-benda seperti saringan, tampan, cerangka, dan lain-lain.
2.      Anyaman bilik. Teknik anyaman bilik adalah teknik di mana bambu dianyam secara silang berurutan (dua-dua). Teknik ini digunakan untuk membuat benda-benda seperti bilik, nyiru, dan lain-lain.
3.      Anyaman teratai. Teknik anyaman teratai membuat kerajinan anyam yang dibuat memiliki bentuk akhir yang artistik dan indah. Biasanya teknik unik ini digunakan dalam membuat bilik, agar bilik terlihat lebih indah dan menarik.
4.      Anyaman bunga cengkih. Teknik anyaman seperti ini dapat dijumpai pada benda-benda seperti kipas, kecempeh atau tolok, sangku, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN

Kriya adalah kegiatan seni yang menitik-beratkan kepada keterampilan tangan dan fungsi untuk mengolah bahan baku yang sering ditemukan di lingkungan menjadi benda-benda yang tidak hanya bernilai pakai, tetapi juga bernilai estetis.
Kriya bisa "meminjam" banyak pengetahuan dalam seni rupa murni seperti cara mematung atau mengukir untuk menghasilkan produk, namun tetap dengan tidak terlalu berkonsentrasi kepada kepuasan emosi seperti lazim terjadi misalnya pada karya lukis dan patung. Kriya juga lebih sering mengikuti tradisi daripada penemuan yang sering ditemukan secara individu oleh seorang perupa. Kriya bisa berbentuk karya dari tanah, batu, kain, logam ataupun kayu.
3.2  SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya berkaitan dengan keterbatasan pada penelitian ini yaitu bahwa seharusnya pemerintah lebih memperhatikan orang- orang yang berkreativitas tinggi untuk memperlihatkan bahwa barang- barang Indonesia juga mampu bersaing di dunia Internasional.
8